Teori Kepemimpinan Profesional

Teori kepemimpinan berlimpah, mengeksplorasi dimensi yang menciptakan pembuat keputusan yang hebat. Beberapa fokus pada ciri dan perilaku kepribadian, sementara yang lain melihat perspektif yang lebih luas untuk memahami bagaimana pemimpin berhubungan dengan pengikut mereka. Mempelajari berbagai teori dan menerapkan prinsip mereka dapat membantu Anda menjadi lebih efektif dan mendapatkan hasil yang lebih baik dari tim Anda.

Teori Sifat

Teori sifat menyatakan bahwa kualitas yang melekat pada individu menentukan potensi kepemimpinannya. Apakah mereka terprogram atau dapat dikembangkan - sebuah gagasan yang dianut oleh ahli teori perilaku - terbuka untuk diperdebatkan. Ciri-ciri terbagi dalam empat kategori. Seorang pemimpin harus menunjukkan stabilitas emosional, terutama di bawah tekanan, tetap tenang dan percaya diri. Dia harus mengakui kesalahan, tidak menutupi atau menyalahkan orang lain. Pemimpin harus memiliki keterampilan interpersonal yang kuat, mampu berkomunikasi secara efektif tanpa harus memaksa. Akhirnya, dia harus bisa melihat gambaran besarnya daripada berfokus pada masalah kecil.

Pemimpin Hamba

Model hamba pemimpin berpendapat bahwa pemimpin ingin melayani pengikutnya, bukan memerintah mereka. Agar seorang hamba pemimpin menjadi efektif, pengikutnya harus termotivasi, mampu melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Dalam situasi yang tepat, seorang pemimpin yang melayani dapat menjadi transformasional. Dalam situasi yang salah dia akan tampak ragu-ragu. Bagaimanapun, seorang pemimpin yang melayani sangat bagus untuk jangka panjang tetapi tidak mungkin efektif dalam menerapkan perubahan cepat.

Kecerdasan emosional

Teori kecerdasan emosional berpendapat bahwa kecerdasan emosional lebih penting daripada kecerdasan intelektual sebagai dimensi kepemimpinan. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengelola perasaan dan mengekspresikannya dengan tepat sambil membangun hubungan. Seorang pemimpin yang menilai tinggi dalam kualitas tersebut memahami kekuatan dan kelemahannya, melatih pengendalian diri dan beradaptasi dengan baik terhadap situasi yang berubah. Pemimpin dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat berempati dengan orang lain dan bereaksi terhadap mereka dengan cara yang positif. Mereka mahir dalam membina kerja tim dan mengelola konflik.

Teori Kontingensi

Teori kepemimpinan kontingensi menyatakan bahwa gaya kepemimpinan tergantung pada situasi. Satu model awal mencocokkan gaya kepemimpinan dengan situasi yang bergantung pada tingkat kepercayaan karyawan terhadap pemimpin mereka, tugas yang dilakukan, dan tingkat kekuasaan pemimpin atas karyawannya. Teori kontingensi lain menggeser fokus model dari pemimpin ke karyawan, menyatakan bahwa jika karyawan tidak mengikuti maka tidak ada pemimpin. Model tersebut melihat kepemimpinan dalam dua dimensi - sejauh mana dia berorientasi pada tugas dan dapat membangun hubungan.